Semakin pesatnya teknologi Digital Multimedia saat ini dimana para produsen film film dunia saat ini mulai mengalihkan teknik produksi film nya ke format Digital, hal ini semakin memaksa Bioskop Konvensional yang terbiasa menggunakan film seloluid 35mm untuk mengkonversi ke proyektor digital atau yang disebut DCP (Digital Cinema Package)
Di Indonesia sendiri saat ini (tahun 2014) sudah hampir semua Bioskop besar seperti 21, XXI, Blitzmegaplex, Platinum dan (yang baru berdiri) Cinemaxx sudah memiliki studio Bioskop Digital
Ada beberapa nama besar proyektor bioskop yang paling banyak di aplikasikan di bioskop bioskop yang ada di indonesia berikut penampakannya
Barco Projektor
Kisaran Harga untuk resolusi 2K daya 37.000 Lumen $100,588
Cristie Projector
Kisaran Harga resolusi 4K $125,000 untuk yang 25,000-lumen dan $161,000 untuk yang 35,000-lumen
Nec Projector
Kinoton Projector
Cinemeccanica Projector
Semua proyektor diatas memiliki kualitas bentang 4k (3.840 x 2.160 Pixel)
Projector untuk standard bioskop itu harus punya intensitas cahaya yang terang (satuannya lumen) diatas 25.000 lumen jika di bandingkan dengan projector untuk presentasi biasanya terdiri kisaran 2.000 - 4.000 lumen, untuk Masalah harga jangan kaget nih yah harga satu proyektor merek Cristie misal, $125,000 untuk yang 25,000-lumen dan $161,000 untuk yang 35,000-lumen.
Meski demikian secara resolusi, kopi film 35mm “tradisional” masih lebih unggul dari format DCP yang sekarang ada. Format kopi film 35mm diperkirakan setara dengan resolusi 8K sedangkan format tayang di bioskop digital yang paling tinggi kualitasnya masih 4K. Kelebihan format digital adalah kejernihan kualitas gambar yang selalu konsisten karena tidak adanya risiko gambar cacat atau kotor karena sentuhan fisik seperti yang terjadi dengan kopi film.
Sejarah Digital Cinema ini sendiri bermula pada tahun 2002 dimana pada saat itu para Major Studio Hollywood membentuk sebuah organisasi yang bernama Digital Cinema Initiative (DCI). Organisasi ini diciptakan untuk menentukan standar arsitektur untuk bioskop digital agar tercapai model yang seragam secara global, berkualitas tinggi dan tangguh. Dengan mengacu pada standar Society of Motion Picture and Television Engineers (SMPTE) maupun International Organization for Standardization (ISO) maka ditentukan standar/format tertentu yang harus diaplikasikan untuk menyiapkan master materi film, sistem distribusinya, sampai ke urusan perlindungan isi film (content), pengacakan (encryption), dan penandaan khusus untuk menghindari pembajakan (forensic marking). Semua teknologi bioskop digital yang memenuhi persyaratan mereka disebut DCI Compliance (sesuai/cocok dengan DCI). Perbedaan dasar antara sinema analog dengan digital adalah cara pengemasannya (packaging), distribusi, dan penayangannya.
Untuk pendistribusian sebuah film, idealnya produser/rumah produksi mengirim materi ke server bioskop pada waktu dan tempat yang ditentukan lewat jaringan satelit. Kenyataaannya, karena keterbatasan infrastruktur, sampai sekarang materi film dikirim secara fisik dalam bentuk hard disk portable ke bioskop tujuan dan kemudian datanya ditransfer ke server bioskop.
Materi film itu baru bisa ditayangkan bila dimasukkan nomor seri khusus ke dalam sistem proteksi isi, pengacakan, dan penandaan khusus yang menempel pada materi film digital itu. Teknologi sistem proteksi isi ini disebut Key Delivery Message (KDM). Dengan KDM, materi film digital hanya bisa dibuka dengan nomor seri khusus pada waktu dan di tempat yang sudah ditentukan. Apabila terjadi pembajakan di bioskop, dengan alat khusus dapat dibaca watermark digital di kopi bajakan sehingga dapat dilacak di bioskop mana dan kapan pembajakan terjadi.
Dolby Show Library
Ini adalah alat server untuk penyimpanan film digital buatan Dolby
Dolby Secure Conten Creator
Ini adalah alat untuk encoding atau conversi format data digital buatan Dolby
Untuk harga investasi sendiri, jelaslah harga investasi Bioskop Digital ini jauh lebih mahal ketimbang bioskop analog, seperti yang sudah di singgung di atas tadi harga satu projector berkisar USD 150.000 bandingkan dengan harga proyektor analog yang hanya USD 50.000 belum lagi di tambah beban pembelian server dimana satu alatnya berkisar sekitar USD 8.800.
Teknologi IMAX digital
Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, IMAX (Image Maximum) merupakan sebuah format film dengan layar lebar, Standar layar IMAX adalah 22 meter lebar dan 16 meter panjang (72,6 x 52,8 kaki), Dikembangkan oleh IMAX Corp pada 1970, menggunakan pita seluloid 70mm yang dijalankan secara horizontal, sehingga lebar pita tersebut merupakan bagian tinggi dari frame. Pada format 70mm lainnya, lebar pita tersebut adalah lebar dari frame gambar. Setiap frame lebarnya 15 perforasi (lubang-lubang pada bagian pinggir pita seluloid). Area gambar pada format IMAX lebarnya 70mm dan tingginya 52mm. Aspect-ratio-nya 1:1,44 (hampir sama dgn aspect ratio TV tabung yg 1:1,33 atau 4:3). Ukuran frame 15/70 hampir sembilan kali frame 35mm. Proyektor IMAX 15/70 menggunakan lampu Xenon 15.000 watt agar dapat menerangi layar berukuran amat-sangat besar.
IMAX Seluloid
Perbandingan Seluloid IMAX dengan Seluloid Convensional
Ruang Proyektor IMAX Seluloid
Pada tahun 2008 IMAX merilis teknologi terbarunya yaitu sistem IMAX Digital, yang menggunakan dua proyektor Digital merk Christie ber-resolusi 2K. Aspect-ratio yang digunakan adalah 1:1,9 (hampir sama dengan TV layar datar, 16:9). Penggunaan dua proyektor dimaksudkan agar dihasilkan intensitas cahaya yang cukup untuk menerangi layar yang ukurannya 2 atau 3 kali ukuran layar bioskop konvensional. 1 proyektor IMAX Digital menggunakan lampu Xenon dengan daya lampu 6.500 watt.
Projector IMAX Digital
Film IMAX konvensional seluloid yang awalnya berresolusi 4k (4096 x 2731) menjadi 2k (2048 x 1365) jika berformat digital.Ini dikarenakan keterbatasan Computer-Power dan Data Storage yang ada belum mampu menyipan data film yang sangat besar yang mungkin mencapai satuan puluhan bahkan ratusan terrabyte untuk satu film saja. Sekadar catatan, satu buah film bioskop digital standar rata-rata berukuran 150 GB. Film Avatar arahan James Cameron bahkan berukuran 280 GB.
DOLBY DIGITAL SURROUND
Sering lihat kan logo THX di atas itu jika film yang akan kita lihat di bioskop akan segera di putar? lantas apa sebenarnya THX tersebut?
THX singkatan dari "Tomlinson Holman's eXperiment," dan diciptakan oleh Holman ketika ia bekerja dengan Lucas film Studios untuk menciptakan standar baru reproduksi audio untuk memastikan kualitas dan keseragaman kualitas di semua sistem teater yang berniat memainkan film mereka. "THX" adalah metode reproduksi suara yang mengikuti aturan ketat untuk menciptakan kualitas suara digital ultra-tinggi dalam sistem audio surround sound. Sistem ini bisa terdapat pada teater profesional atau sistem suara bioskop, sistem home theater sederhana, atau surround sound system untuk PC.
Reproduksi suara Bersertifikat THX tidak mengharuskan audio yang disimpan dalam format tertentu atau khusus, apakah itu seperti Dolby Digital atau yang lainnya. Sebaliknya, THX adalah sertifikasi kualitas terbaik suara yang direproduksi, atau "dimainkan" oleh sebuah sistem speaker. THX Certified surround sound system seperti 7,1 atau 5,1 atau bahkan 2,1 multimedia surround sistem home theater sound digunakan untuk memutar suara THX dari komputer, televisi, dan sistem video game.Jadi singkatnya THX adalah jaminan mutu sebuah audio sistem menghasilkan suara dengan kualitas tertinggi.
Sedangkan Dolby® Digtal Surround adalah teknologi tatasuara terbaru (2010) yang dikembangkan oleh Dolby Laboratories yang akan memberikan para penonton pengalaman menonton film dengan sensasi suara yang seperti aslinya (real surround system) Sistem suara ini menggunakan teknik digital untuk menghasilkan suara yang mana sistem suara ini adalah multi channel yang artinya memiliki banyak channel yg bekerja secara tersingkronisasi untuk memberikan kesan surround system.
Dolby® Digtal Surround 7.1
Tahun 2010 Dolby® Digtal Surround telah mencapai versi 7.1. Angka 7,1 berarti sistem surround ini memiliki 8 channel suara diamana terdiri dari :
1.Channel Central yang diletakkan lurus didepan penonton.
2.Channel Kiri depan yang diletakan di sebelah kiri depan dengan sudut 22-30 derajat dari sumbu poros penonton.
3.Chanel Kanan depan yang diletakkan di kanan depan dengan sudut 22-30 derajat dari sumbu poros penonton.
4. Channel samping kanan yang diletakan dengan sudut 90-110 derajat dari sumbu penonton.
5. Channel samping kiri yang diletakkan juga dengan sudut 90-110 derajat dari sumbu penonton.
6. Channel kanan belakang yang diletakkan dengan sudut 135-150 derajat dari sumbu penonton
7. Channel kiri belakang yang diletakkan dengan sudut 135-150 derajat dari sumbu penonton.
8. Channel subwoofer yang biasa di letakkan di depan bawah
Tahun 2012 Dolby memperkenalkan teknologi terbaru mereka yang disebut Dolby Atmos, Dolby Atmos merupakan teknologi virtual reality suara yang memaksimalkan penggunaan audio dalam penceritaan sebuah film. Teknologi ini juga memberikan kebebasan kepada para filmmaker untuk menempatkan atau memindahkan suara ke sudut mana pun di dalam gedung bioskop untuk menciptakan suasana seperti di kehidupan nyata, Dolby Atmos sudah digunakan oleh studio besar Hollywood, enam sutradara dan 11 orang sound mixers pemenang Academy Award. Dolby Atmos juga telah dipasang di lebih dari 300 layar di 100 perusahaan bioskop yang ada di 33 negara. Selain itu, 85 film dari berbagai genre di 10 negara rencananya juga akan dirilis dengan sistem audio Dolby Atmos. Termasuk film-film terbaru seperti The Hunger Games: Catching Fire, X-Men: Days of Future Past, dan masih banyak lagi. Di Indonesia sendiri, teknologi surround sound Dolby Atmos baru pertama kali diperkenalkan di Cinema 21 dan di pasangkan di Epicentrum XXI. Kabar gembiranya pada Maret 2015 ini dolbi atmos sudah di pasang di beberapa jaringan bioskop XXI lainnya ini listnya
Epicentrum XXI : Studio 1 dan 2
Plaza Senayan XXI : Studio 1 dan 2
Pondok Indah 2 XXI : Studio 1 dan 2
Gading XXI : Studio 1 dan 2
Senayan City XXI : Studio 1
Kasablanka XXI : Studio 1
Plaza Indonesia XXI : Studio 1 dan 2
Gandaria City XXI : Studio 1
Emporium XXI : Studio 1
Puri XXI : Studio 1
Karawaci XXI : Studio 1
PIM XXI Palembang : Studio 1
Empire XXI : Studio 1
Ciwalk XXI : Studio 1
Centre Point XXI Medan : Studio 1
Ciputra World XXI Surabaya : Studio 1
Alam Sutera XXi : Studio 1
CINEMA SOUND PROCESSOR
Merupakan alat pengolah audio dari sebuah film mendistribusikan ke setiap chanel dari speaker yang ada sehingga membentuk kualitas audio menjadi lebih hidup dan nyata layaknya suara yang kita dengar di kenyataan.
Berikut penampakan Cinema Sound Procesor
Buatan Dolby Type CP650
Buatan Barco Type AP24-3D
ada yang bertanya kepada saya, dimana saja Bioskop yang sudah menerapkan teknologi Dolby Digital Surround 7.1 berikut Listnya :
Mall Taman Anggrek
Screens: 1-2
BSM XXI
Bandung Super Mall
Screens: 1
Galaxy XXI
Mall Galaxy Surabaya
Screens: 1
Hollywood KC XXI
Jakarta
Screens: 1-2
Lippo XXI
Mall Lipo Karawaci
Screens: 1
Mega XXI
Mega Mall, Pluit
Screens: 1
Puri 21
Mall Puri Indah,Jak-Bar
Screens: 1-2
Senayan XXI
Plaza Senayan,
Screens: 1-2,The Premiere
Studio XXI
Plaza Indonesia EX
Screens: 1-6
Tunjungan XXI
Plaza Tunjungan
Surabaya
Screens: 1
Demikian kajian saya mengenai Bioskop Digital, saya bukan sarjana Multimedia atau orang yang ahli dalam multimedia, hanya pencinta dunia multimedia, so kalau ada yang mau menambahkan hal hal mengenai dunia Bioskop Digital sangat saya tunggu apresiasinya...
Sumber
http://filmindonesia.or.id/
http://sunoracle-ngegeretkoper.blogspot.com/
http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_cinema
http://www.21cineplex.com/
0 comments:
Post a Comment